Setidaknya perlu 35 tahun untuk saya bisa menikmati karawitan. Selama ini, saya hanya bisa mendengarkan tanpa bisa menikmati, tanpa didorong oleh perasaan kangen terhadap musik yang secara historis melekat pada diri saya sebagai orang jawa. Dulu sekali, klenengan, gendhing mat-matan, santiswaran dan sebagainya lewat dalam gendang telinga saya semata hanya sebagai bentuk kepatutan pada lingkungan yang sebagian besar mendengarkan itu. Radio, tape dan hajatan tak jauh dari warna kesenian jawa sebagai pelengkapnya.
Hal itu berjalan terus tanpa saya sadari ketika kesenian jawa mulai ditinggalkan. Muncul rasa kangen yang aneh terhadap klenengan! Sekarang kendati tetap tidak bisa memaknai, mendengarkan uyon-uyon menjadi bagian dari keseharian saya. Kesukaan mendengarkan klenengan, uyon-uyon, gendhing atau apapun namanya bukan saja terdorong oleh rasa kangen terhadap suasana ketika itu tetapi music ini terasa sangat menyejukkan. Belum lagi, telinga tua saya yang makin terbiasa dengan cakepan yang dilantunkan oleh swarawati dan para wiraswara. Berat dan penuh makna!
Saya ingin mengajak anda untuk mencermati keindahan rebab, suling dan gender yang terasa nglangut. Bonang, saron, demung dan siter yang mengetuk alam bawah sadar kita. Lalu kendang, gong dan gambang yang secara runtut membangunkan kita dari nikmatnya mendengarkan orkestrasi gendhing jawa. Menyadarkan kita untuk tidak hanyut dalam kenikmatan.
Berikut ini beberapa file gendhing jawa yang berhasil saya kumpulkan dari berbagai sumber dan hasil convert pita maknetik untuk anda nikmat
No comments:
Post a Comment